Sinematografi
Sejarah
Sejak lahirnya industri film, istilah sinematografi merujuk pada sebuah disiplin ilmu yang dipelajari dan diterapkan oleh profesi sinematografer atau yang biasa disebut dengan DP/DoP (Director of Photography) dalam sebuah produksi film. Sinematografi meliputi segala elemen visual yang akan ditampilkan pada layar ketika film ditayangkan. Elemen-elemen tersebut meliputi framing, zooming, exposure, tata cahaya, komposisi, pergerakan kamera, sudut-sudut kamera, pemilihan film, pemilihan lensa, fokus, warna, penggunaan filter, dan depth of field. Sedangkan istilah videografi muncul setelah adanya medium elektronik untuk menangkap sebuah gambar bergerak yang berbasis digital yaitu kamera video, karena video yang dihasilkan memang dikhususkan untuk ditayangkan pada medium elektronik seperti untuk kepentingan tayangan televisi, internet, dan layar elektronik lainnya.
Medium
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, pemilihan film yang berupa seluloid menjadi salah satu elemen dalam sinematografi. Namun, seiring dengan perkembangan digital saat ini, medium untuk menangkap gambar bergerak atau sinema tak hanya terbatas pada film seluloid atau kamera film saja. Kini telah banyak dijumpai pula sinematografer yang beralih menggunakan kamera berbasis digital, hal ini terjadi karena teknologi pada kamera film digital yang memungkinkan untuk terus berkembang. Produk akhir yang dihasilkan memang dapat dikatakan serupa dengan video yang sama-sama dihasilkan menggunakan kamera digital. Meski demikian, sinematografi tetap berdiri sebagai sebuah disiplin ilmu yang mengutamakan elemen-elemen visual yang penting dalam membangun sebuah film. Medium yang sama tak serta menjadikan tujuan dalam menciptakan sebuah produk sama pula.
Teknis
Biasanya videografi mencakup tahap pascaproduksi seperti editing, dan biasa pula terjadi tahapan tersebut dikerjakan oleh orang yang sama. Seorang videografer dapat bekerja sendiri atau dalam tim, sedangkan sinematografi dipastikan membutuhkan sebuah kerja tim dikarenakan skala produksi yang berbeda. Biasanya sinematografer tak bekerja mengoperasikan kamera secara langsung, melainkan membutuhkan seorang asisten kamera pada tahap produksi. Sebenarnya, kekeliruan yang kerap terjadi dapat dikatakan pula disebabkan oleh penggunaan istilah-istilah yang sama dalam videografi dan sinematografi yang kemudian menjadi rancu.
Esensi
Videografi yang berbasis digital mengutamakan teknik mengoperasikan kamera, seni menangkap momen, dan menghasilkan video dengan kualitas baik. Namun, dengan mempertimbangkan elemen-elemen tersebut bukan berarti video yang dihasilkan ditujukan untuk kepentingan sinema atau film. Sedangkan sinematografi dapat dikatakan sebuah seni dalam menyampaikan sebuah pesan dan merepresentasikannya melalui visual. Sinematografi sendiri merupakan bentuk komunikasi visual atau bahasa kedua setelah cerita yang hendak disampaikan melalui sebuah film.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar